Sejak
beberapa bulan terakhir ini, biji buah pinang asal Kabupaten
Tasikmalaya ternyata banyak dicari para pengusaha jamu, kosmetika,
farmasi dan lainnya. Bahkan, permintaan pasokan biji pinang ini tak
hanya dari perusahaan dari tanah air saja, karena sejumlah pembeli pun
tertarik dengan biji buah pinang asal kabupaten ini.
Kenyataan itu, selain membuat para petani pemilik pohon pinang sumringah karena biji buah pinang laku, juga membuat peluang pasar komoditas tersebut cukup terbuka lebar.
“Saya sering kewalahan untuk memenuhi permintaan sejumlah pengusaha jamu yang membutuhkan biji buah pinang dalam jumlah banyak,“ ujar Ustadz Memed, seorang pengepul di Kampung Golacir Desa Margalaksana Kecamatan Salawu.
Memed mengatakan, bahwa pemasaran biji buah pinang tidak pernah mengalami kesulitan, karena selain para pembelinya datang sendiri ke tempat penampungan, juga todal permintaannya pun terus meningkat. Selama ini, ia membeli buah pinang basah dari para petani atau masyarakat yang mempunyai kebun pinang, dengan harga Rp 2.500/kg. Kemudian ia kembali menjualnya dengan kondisi sudah kering setelah diproses dengan harga Rp.10.000/kg. Proses pengeringan biji pinang itu sendiri relatif sederhana dan dilakukan secara tradisional.
Namun dia mengakui tidak bisa mengumpulkan biji buah pinang kering dalam jumlah banyak, hanya mampu sekitar 50 kg – 1 kwintal, mengingat pasokan buah pinang dari para petani masih sangat sedikit. “Karena budidaya pohon pinang di Kabupaten Tasikmalaya khususnya memang kurang diminati petani, Padahal, kalau saja banyak pohon pinang, peluang ekspor pun cukup terbuka,” kata Memed.
Selama ini, dia mencari biji buah pinang basah dari para petani yang tersebar di sejumlah kecamatan seperti Salawu, Taraju, Sodonghilir, Culamega, Tanjungjaya, Leuwisari, Bojonggambir, dan bahkan hingga ke daerah Kabupaten Garut terutama di Kecamatan Singajaya. (*)
Kenyataan itu, selain membuat para petani pemilik pohon pinang sumringah karena biji buah pinang laku, juga membuat peluang pasar komoditas tersebut cukup terbuka lebar.
“Saya sering kewalahan untuk memenuhi permintaan sejumlah pengusaha jamu yang membutuhkan biji buah pinang dalam jumlah banyak,“ ujar Ustadz Memed, seorang pengepul di Kampung Golacir Desa Margalaksana Kecamatan Salawu.
Memed mengatakan, bahwa pemasaran biji buah pinang tidak pernah mengalami kesulitan, karena selain para pembelinya datang sendiri ke tempat penampungan, juga todal permintaannya pun terus meningkat. Selama ini, ia membeli buah pinang basah dari para petani atau masyarakat yang mempunyai kebun pinang, dengan harga Rp 2.500/kg. Kemudian ia kembali menjualnya dengan kondisi sudah kering setelah diproses dengan harga Rp.10.000/kg. Proses pengeringan biji pinang itu sendiri relatif sederhana dan dilakukan secara tradisional.
Namun dia mengakui tidak bisa mengumpulkan biji buah pinang kering dalam jumlah banyak, hanya mampu sekitar 50 kg – 1 kwintal, mengingat pasokan buah pinang dari para petani masih sangat sedikit. “Karena budidaya pohon pinang di Kabupaten Tasikmalaya khususnya memang kurang diminati petani, Padahal, kalau saja banyak pohon pinang, peluang ekspor pun cukup terbuka,” kata Memed.
Selama ini, dia mencari biji buah pinang basah dari para petani yang tersebar di sejumlah kecamatan seperti Salawu, Taraju, Sodonghilir, Culamega, Tanjungjaya, Leuwisari, Bojonggambir, dan bahkan hingga ke daerah Kabupaten Garut terutama di Kecamatan Singajaya. (*)
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung, Suka postingan ini?Tinggalkan komentar di bawah ini, terima kasih! :)