Ilustrasi |
Gejala
Beberapa gejala dari post-power syndrome biasanya dapat dibagi ke dalam 3 kelompok:
1. Gejala fisik; misalnya tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah dan tampak kurang bergairah, sakit-sakitan.
2. Gejala emosi; misalnya mudah tersinggung, pemurung, senang menarik diri dari pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi dan tak suka dibantah.
3. Gejala perilaku; misalnya menjadi pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah, atau menunjukkan kemarahan dan kekecewaan baik di rumah maupun di tempat umum.
Beberapa gejala dari post-power syndrome biasanya dapat dibagi ke dalam 3 kelompok:
1. Gejala fisik; misalnya tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah dan tampak kurang bergairah, sakit-sakitan.
2. Gejala emosi; misalnya mudah tersinggung, pemurung, senang menarik diri dari pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi dan tak suka dibantah.
3. Gejala perilaku; misalnya menjadi pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah, atau menunjukkan kemarahan dan kekecewaan baik di rumah maupun di tempat umum.
Turner & Helms (dalam Supardi,
2002) menggambarkan penyebab terjadinya post power syndrome dalam kasus
kehilangan pekerjaan yakni (1) kehilangan harga diri- hilangnya
jabatan menyebabkan hilangnya perasaan atas pengakuan diri); (2)
kehilangan fungsi eksekutif- fungsi yang memberikan kebanggaan diri;
(3) kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok
tertentu; (4) kehilangan orientasi kerja; (5) kehilangan sumber
penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu. Semua ini bisa membuat
individu pada frustrasi dan menggiring pada gangguan psikologis, fisik
serta sosial.
Ciri kepribadian yang rentan terhadap post power syndromeBeberapa
ciri kepribadian yang rentan terhadap post power syndrome di antaranya
adalah mereka yang senang dihargai dan minta dihormati orang lain, suka
mengatur, 'gila jabatan', menuntut agar permintaannya selalu dituruti,
suka merasa lebih unggul daripada yang lainnya, dan suka dilayani orang
lain. Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan
tertentu juga rentan terhadap syndrome ini. Istilahnya orang yang
menganggap jabatan, gelar, pangkat, atau kekuasaan itu adalah
segala-galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.
Secara ringkas mereka ini disebut sebagai orang-orang dengan need of power
yang tinggi. Selain itu, ada pula mereka yang sebenarnya kurang kuat
kepercayaan dirinya sehingga sebenarnya selalu membutuhkan pengakuan
dari orang lain, melalui jabatannya dia merasa ”aman”.
Sindrom ini bisa dialami oleh pria maupun wanita, tergantung dari
berbagai faktor, seperti ciri kepribadian, penghayatan terhadap apa
makna dan tujuan ia mengabdi, bekerja, dan berkarya, pengalaman selama
bekerja, pengaruh lingkungan keluarga, dan budaya. Syndrome ini mampu
mempengaruhi konsep diri seseorang, membuat seseorang merasa kehilangan
peran, status, dan identitasnya dalam masyarakat menjadi berubah
sehingga dapat menurunkan harga diri.
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung, Suka postingan ini?Tinggalkan komentar di bawah ini, terima kasih! :)