Sumber |
Saya
masih teringat pada tahun 60 an, saya dan kakak serta Mbah Putri selalu
mengajak saya dan kakak saya untuk pergi ke Pantai Ketawang pada hari kedua
setelah Lebaran dengan berjalan kaki dari Wingko, Piyono, Seboropasar, Secang,
Tanjung (Siwatu), Pasar Grabag dan menelusuri jalan raya kearah kepantai
Ketawang. Pergi kepantai Ketawang bukan sekedar untuk rekreasi, tetapi ada
maksud untuk “ziarah” kelaut selatan. Sebelum sampai kebibir pantai sudah
tampak banyak berjejer penjual makanan dan penjual kembang sebagai sarana untuk
sesaji.
Setelah
sampai kepinggir laut, saya dan simbah Putri menggali pasir sedalam kurang
lebih satu lutut dan meletakkan kembang sesaji dengan berharap kalau ada
gelombang yang cukup besar lubang yang kami gali bisa terisi air laut. Ternyata
benar setelah beberapa saat menunggu ada gelombang yang cukup besar, galian
kami terisi air laut dan simbah putri menyuruh kami semua untuk cuci muka dan
cuci kaki agar kami mendapat keselamatan dan berkah katanya. Kami hanya menurut
saja apa yang diperintahkan Mbah Putri.
Kebiasaan
ini kami jalani dari tahun ketahun selama Mbah Putri masih sugeng, kami tidak
berani menanyakan apa makna dari ritual tersebut apalagi protes, justru kami
merasa senang setiap tahun diajak Simbah Putri untuk melakukan semacam ziarah
kelaut selatan sambil plesir.
Dengan
perkembangan jaman dan semakin majunya peradaban manusia, acara ritual tersebut
lama kelamaan mulai ditinggalkan dan hilang bagai ditelan bumi. Pantai Ketawang
sekarang berubah menjadi tempat rekreasi, dahulu orang pergi kelaut selatan
hanya pada saat Lebaran, sekarang sudah berbeda. Setiap hari minggu pantai
Ketawang dipenuhi pengunjung layaknya tempat rekreasi pantai. Tidak hanya pantai
Ketawang saja, pantai Keburuan, pantai Jatimalang dan pantai Congot menjadi
tujuan wisata setiap hari minggu. Sampai tahun 70 an tidak satupun perahu
berani mengarungi laut selatan, tapi saat ini sepanjang pantai selatan
Purworejo sudah banyak perahu penangkap ikan, walau kadang tidak dapat melaut
karena adanya musim angin barat. Saat liburan panjang jalan menuju pantai
Ketawang atau Jatimalang sudah terjadi kemacetan lalu lintas layaknya Jakarta.
Dipantai
Jatimalang anda tak usah khawatir untuk mencari kuliner, sampai menjelang
malampun hidangan seafood tetap buka, sayang harganya hampir-hampir sama dengan
hidangan seafood Jakarta.
Demikian tadi sekedar kenangan masa kanak-kanak saya dalam mengukuti “ziarah”
laut selatan bersama Mbah Putri.
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung, Suka postingan ini?Tinggalkan komentar di bawah ini, terima kasih! :)