Sidomulyo: Burhan, pria paruh baya ini bisa disebut
sebagai sosok pemberani. Betapa tidak, profesi yang dimilikinya tersebut
tidak semua orang bisa jalankan dan bahkan tidak semua orang mampu
untuk melakukannya. Warga Desa Campang Tiga, Kecamatan Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) ini berprofesi sebagai tenaga honorer
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. H. Bob Bazar, SKM. Namun, tenaga
honorer yang dilakukannya tidak sembarang yang mau. Sebab, harus sering
bertemu dengan jenazah bagi korban laka lantas dan lainnya.
Pekerjaan mulia itu adalah sebagai pengurus Jenazah di RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM yang ada di Desa Kedaton Kecamatan Kalianda, Lamsel. Pekerjaan yang menakutkan dan menjijikkan bagi kebanyakan orang itu menjadi rutinitasnya sejak menjadi sukarelawan di RSUD Dr. H. BOB BAZAR, SKM selama sembilan tahun.
Menurut Burhan, dirinya pernah berpengalaman mengurusi hampir 100 jenazah. Tugasnya bukan sekadar memandikan mayat, melainkan menyelesaikan semua urusan berkaitan, termasuk mengafani dan menyolatkan jenazah. Dari berbagai macam keadaan bentuk Jenazah dan keadaan, namun tetap ditekuninya.
Setiap hari, baik siang atau malam tetap sanggup meluangkan waktu untuk mengurusi jenazah apabila ada panggilan dari pihak rumah sakit. Bukan sesuatu yang mustahil jika Burhan memandikan jenazah jam 03.00 WIB. “Saya melakukan pekerjaan ini sejak 2003 lalu. Serta sulitnya mencari pekerjaan dizaman sekarang ini sekaligus menjadi pilihan sebagai jalan mencari rezeki dalam memenuhi kebutuhan,” katanya, seraya mengatakan bahwa kesanggupannya melakukan kerja itu secara sukarela.
Pernah sesekali Burhan mendapatkan jenazah yang penuh ulat karena mayat sudah lama terkubur. Apabila diangkat selain sulit, daging yang menempel itu sangat rapuh dan mengeluarkan bau yang sangat busuk. “Saya sangat sedih saat ada jenazah yang tidak ketahui identitasnya. Kemungkinan dari pihak ahli waris bertanya - tanya jika ada dari salah satu keluarganya hilang tanpa berita. Selama saya menjadi pemandi Jenazah ini, ada sekitar 84 mayat tanpa identitas yang dikebumikan selama sembilan tahun terakhir ini. Tempat pemakamannya, di Dusun Serdang, Desa Gunung Terang, Kecamatan Kalianda, Lamsel.
Burhan menjelaskan, setiap mayat yang diurus olehnya jika dimandikan terkena biaya 25 ribu dan jika serta dikafani menjadi 60 ribu. Pembayaran tersebut dilakukan dikasir, sedangkan untuk jasa yang diterimanya diberikan selama dua bulan sekali. Adapun pendapatan dalam perbulannya Burhan mengatakan secara terinci kurang memahami. Dirinya hanya menerima berapa saja upah yang diberikan. “Saya kurang paham rinciannya. Hanya menerima berapa yang diberikan. Jika dari pihak keluarga ahli waris ada yang ingin memberikan upah, saya hanya meminta seikhlasnya,” ujar Burhan.
Burhan berharap adanya kenaikan pendapatan yang terbilang minim tersebut dapt menjadi perhatian bagi pemerintah. Setidaknya pendapatan tersebut bisa membantu memberikan tambahan penghasilan dalam setiap bulannya. Selain itu dirinya juga meminta tambahan karyawan untuk pengurus mayat, karena pada saat mengurus mayat, harus mengupah orang lain untuk membantu. “Saya juga berharap agar dibuatkannya mading yang berisikan foto jenazah tanpa identitasnya, sehingga foto-foto jenazah yang sudah dikebumikan bisa dipajang. Jika dikemudian hari pihak ahli waris yang datang bisa mengenali foto jenazah tersebut,” pungkasnya. (Agus Setiawan)
Pekerjaan mulia itu adalah sebagai pengurus Jenazah di RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM yang ada di Desa Kedaton Kecamatan Kalianda, Lamsel. Pekerjaan yang menakutkan dan menjijikkan bagi kebanyakan orang itu menjadi rutinitasnya sejak menjadi sukarelawan di RSUD Dr. H. BOB BAZAR, SKM selama sembilan tahun.
Menurut Burhan, dirinya pernah berpengalaman mengurusi hampir 100 jenazah. Tugasnya bukan sekadar memandikan mayat, melainkan menyelesaikan semua urusan berkaitan, termasuk mengafani dan menyolatkan jenazah. Dari berbagai macam keadaan bentuk Jenazah dan keadaan, namun tetap ditekuninya.
Setiap hari, baik siang atau malam tetap sanggup meluangkan waktu untuk mengurusi jenazah apabila ada panggilan dari pihak rumah sakit. Bukan sesuatu yang mustahil jika Burhan memandikan jenazah jam 03.00 WIB. “Saya melakukan pekerjaan ini sejak 2003 lalu. Serta sulitnya mencari pekerjaan dizaman sekarang ini sekaligus menjadi pilihan sebagai jalan mencari rezeki dalam memenuhi kebutuhan,” katanya, seraya mengatakan bahwa kesanggupannya melakukan kerja itu secara sukarela.
Pernah sesekali Burhan mendapatkan jenazah yang penuh ulat karena mayat sudah lama terkubur. Apabila diangkat selain sulit, daging yang menempel itu sangat rapuh dan mengeluarkan bau yang sangat busuk. “Saya sangat sedih saat ada jenazah yang tidak ketahui identitasnya. Kemungkinan dari pihak ahli waris bertanya - tanya jika ada dari salah satu keluarganya hilang tanpa berita. Selama saya menjadi pemandi Jenazah ini, ada sekitar 84 mayat tanpa identitas yang dikebumikan selama sembilan tahun terakhir ini. Tempat pemakamannya, di Dusun Serdang, Desa Gunung Terang, Kecamatan Kalianda, Lamsel.
Burhan menjelaskan, setiap mayat yang diurus olehnya jika dimandikan terkena biaya 25 ribu dan jika serta dikafani menjadi 60 ribu. Pembayaran tersebut dilakukan dikasir, sedangkan untuk jasa yang diterimanya diberikan selama dua bulan sekali. Adapun pendapatan dalam perbulannya Burhan mengatakan secara terinci kurang memahami. Dirinya hanya menerima berapa saja upah yang diberikan. “Saya kurang paham rinciannya. Hanya menerima berapa yang diberikan. Jika dari pihak keluarga ahli waris ada yang ingin memberikan upah, saya hanya meminta seikhlasnya,” ujar Burhan.
Burhan berharap adanya kenaikan pendapatan yang terbilang minim tersebut dapt menjadi perhatian bagi pemerintah. Setidaknya pendapatan tersebut bisa membantu memberikan tambahan penghasilan dalam setiap bulannya. Selain itu dirinya juga meminta tambahan karyawan untuk pengurus mayat, karena pada saat mengurus mayat, harus mengupah orang lain untuk membantu. “Saya juga berharap agar dibuatkannya mading yang berisikan foto jenazah tanpa identitasnya, sehingga foto-foto jenazah yang sudah dikebumikan bisa dipajang. Jika dikemudian hari pihak ahli waris yang datang bisa mengenali foto jenazah tersebut,” pungkasnya. (Agus Setiawan)
sumber: http://citizen6.liputan6.com/read/436142/pengurus-jenazah-pekerjaan-mulia-tapi-minim-upah
+ komentar + 1 komentar
wah...wah.. sayang banget pekerjaan mulia ini gak ditanggapi pemerintah... :D
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung, Suka postingan ini?Tinggalkan komentar di bawah ini, terima kasih! :)