Pada
suatu hari, sahabat Abu Sa`id al-Khudzri tidak memiliki apa pun untuk
sarapan pagi. Istrinya meminta al-Khudzri agar datang kepada Rasulullah
SAW. Sudah umum diketahui, siapa pun datang dan meminta sesuatu kepada
Rasul, beliau pasti memberikannya. Namun, al-Khudzri menolaknya, sampai
suatu ketika ia begitu terpaksa, lalu datang ke rumah Nabi. Sesampainya
di kediaman Nabi, beliau sedang memberi wejangan (khutbah). "Siapa
merasa cukup, Allah mencukupkannya. Siapa memelihara diri (dari
minta-minta), Allah pun memeliharanya." Mendengar nasihat Nabi itu,
al-Khudzri mengurungkan niatnya dan kembali pulang ke rumahnya. (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Beberapa pelajaran berharga bisa dipetik dari kisah ini:
Beberapa pelajaran berharga bisa dipetik dari kisah ini:
Pertama,
al-Khudzri, seperti para sahabat umumnya, memiliki tingkat kepatuhan
yang sangat tinggi terhadap seruan Nabi. Mereka tak pernah menawar,
tetapi selalu taat dan patuh (sami`na wa atha`na). "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan, apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah." (QS al-Hasyr [59]: 7).
Kedua, al-Khudzri berusaha menjaga dan memelihara diri dari sikap minta-minta, lantaran hal demikian termasuk perbuatan yang tercela. Seperti diceritakan dalam Alquran, meski mendapat kesulitan, para sahabat pantang meminta-minta (mengemis). (QS al-Baqarah [2]: 273).
Ketiga, jalan untuk mendapatkan rezeki adalah bekerja dan berusaha, bukan minta-minta. Sejak mendengar nasihat Nabi SAW, al-Khudzri tak pernah lagi berpikir minta-minta, tetapi bekerja dan berusaha. Seperti diakui al-Khudzri dalam kisah ini, bahwa dengan usaha dan kerja keras, ia dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya, bahkan ia tergolong orang yang paling kaya di kalangaan sahabat Anshar.
Kerja menjadi penting karena ia merupakan indikator keberadaan manusia. Tanpa kerja, manusia sama dengan tidak ada (wujuduhu ka `adamihi). Kerja juga penting, karena ia menjadi satu-satunya jalan agar manusia bisa mengaktualisasikan bakat-bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
Kedua, al-Khudzri berusaha menjaga dan memelihara diri dari sikap minta-minta, lantaran hal demikian termasuk perbuatan yang tercela. Seperti diceritakan dalam Alquran, meski mendapat kesulitan, para sahabat pantang meminta-minta (mengemis). (QS al-Baqarah [2]: 273).
Ketiga, jalan untuk mendapatkan rezeki adalah bekerja dan berusaha, bukan minta-minta. Sejak mendengar nasihat Nabi SAW, al-Khudzri tak pernah lagi berpikir minta-minta, tetapi bekerja dan berusaha. Seperti diakui al-Khudzri dalam kisah ini, bahwa dengan usaha dan kerja keras, ia dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya, bahkan ia tergolong orang yang paling kaya di kalangaan sahabat Anshar.
Kerja menjadi penting karena ia merupakan indikator keberadaan manusia. Tanpa kerja, manusia sama dengan tidak ada (wujuduhu ka `adamihi). Kerja juga penting, karena ia menjadi satu-satunya jalan agar manusia bisa mengaktualisasikan bakat-bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
Seterusnya,
kerja penting karena hanya dengan bekerja manusia dapat membebaskan
diri dari ketergantungan secara ekonomi dengan pihak-pihak lain. Lebih
lanjut, kerja menjadi lebih penting lagi, karena dengan bekerja manusia
bisa memperbanyak investasi kebaikan untuk kebahagiaannya sendiri di
dunia dan akhirat. (QS al-Kahfi [18]: 110).
Belajar dari pengalaman al-Khudzri ini, kita sesungguhnya tak boleh membantu orang-orang miskin hanya dengan membagi-bagikan uang semata. Cara ini selain tidak mendidik, juga tidak produktif, karena menciptakan ketergantungan abadi. Yang terbaik adalah membantu mereka agar mereka bisa membantu diri sendiri, dengan filosofi Help people for the help himself.
Belajar dari pengalaman al-Khudzri ini, kita sesungguhnya tak boleh membantu orang-orang miskin hanya dengan membagi-bagikan uang semata. Cara ini selain tidak mendidik, juga tidak produktif, karena menciptakan ketergantungan abadi. Yang terbaik adalah membantu mereka agar mereka bisa membantu diri sendiri, dengan filosofi Help people for the help himself.
Caranya,
mereka dibantu agar mengenali potensi-potensi mereka dan
mengaktualisakannya sebaik mungkin, sehingga mereka bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup mereka secara mandiri, baik material maupun
spiritual. Inilah sesunggunya etos dan pesan moral yang disampaikan Nabi
SAW kepada al-Khudzri, yaitu kerja dan bukan minta-mita. Wallahu alam.
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung, Suka postingan ini?Tinggalkan komentar di bawah ini, terima kasih! :)