asal Mula Tasikmalaya
Telaga Situ Gede Tasikmalaya ternyata banyak
menyimpan rahasia tersembunyi. Salah satunya soal keberadaan Kampung
atau Lembur Sinjang Moyang yang sampai sekarang tidak tahu dimana
tempatnya. Mungkin para karuhun disana sudah menyembunyikannnya
rapat-rapat.
Mengapa? Karena di Situ Gede ini
dulunya merupakan kampung penuh aib dan Lembur Sinjang Moyang inipun
dulunya itu tempat persembunyian para koruptor di zaman kerajaan bahkan
dijadikan tempat menyimpan hasil kejahatannya.
Sekilas tentang Situ Gede
Situ Gede adalah objek wisata alam yang
cukup memikat di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat. Danau ini memiliki luas
47 Ha dengan kedalaman air antara 1,5 meter sampai dengan 6 meter.
Persisnya terletak di Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota
Tasikmalaya.
Situ Gede dengan latar belakang G.Galunggung |
Salah satu daya tarik Situ Gede adalah
adanya sebuah pulau yang terdapat ditengah-tengah danau. Di Pulau
tersebut terdapat Makam EyangPrabudilaya,
seorang tokoh penguasa pada masa silam yang mitosnya telah menjadi
Legenda bagi Masyarakat Sunda dan Makam Eyang Prabudilaya hingga kini
masih dikeramatkan oleh masyarakat sekitar danau.
Maka dari itu selain sebagai objek wiasata
alam, Situ Gede juga bisa dijadikan tujuan wisata religi sekaligus
wisata sejarah. Para pelancong dapat menikmati teduhnya hutan dengan
berbagai flora dan fauna yang ada, namun siapa pun tidak diperbolehkan
melakukan aktivitas perburuan.
Lembur Sinjang Moyang
Di balik keindahan Situ Gede, ternyata ada
sebuah kisah yang tidak pernah terungkap, yakni tentang sebuah kampung
yang hilang. Kampung ini pada masa silam diberi nama Lembur Sinjang
Moyang yang letaknya berada di kawasan Situ Gede saat ini. Hanya,
dimanakah persisnya, itu pula yang menjadi rahasia secara turun temurun.
Kerahasiaan Lembur Sinjang Moyang berkaitan
erat dengan cerita pata koruptor di zaman kerajaan. Melalui kisah
tersembunyi ini, maka dapat diketahui bila keberadaan koruptor ternyata
sudah ada sejak zaman dahulu, khususnya di zaman kerajaan Sunda. Dan
kala itu, mereka bersembunyi di Situ Gede, Tasikmalaya.
Riwayat Situ Gede
sendiri memang tidak banyak diketahui. Sebab memang tidak ada catatan
resmi yang bisa dijadikan pegangan. Yang ada adalah cerita dari mulut ke mulut, dan itu pun dari kalangan terbatas. Apalagi menyangkut kisah hilangnya Lembur Sinjang Moyang.
Soal cerita tersebut, sebenarnya bukan
karena banyak yang tidak tahu. Namun memang kisahnya sendiri sudah lama
dipendam oleh para leluhur. Jadi sengaja disembunyikan supaya tidak ada
yang tahu. Mengapa harus disembunyikan? Sebab kisah ditempat ini tidak baik untuk para generasi penerus.
Situ Gede mulai ada sejak tahun 1530,
setelah salah satu gunung di kawasan Tasikmalaya meletus. Nama gunung
tersebut adalah Gunung Pancawayana. Soal dimana letak gunung ini sendiri
menjadi misteri hingga sekarang. Namun disebut-sebut gunung ini masih
ada, hanya sejak lama masyarakat menyebutnya dengan nama lain. Sehingga
keberadaan Gunung Pancawanaya ini tidak jelas lagi.
Setelah Gunung Pancawanaya meletus, dari
dalam tanah keluarlah air dalam jumlah besar. Lama-lama membentuk telaga
yang kini disebut Situ Gede.
Sebelum adanya Situ Gede, persisnya di
kawasan Situ Gede ini terdapat sebuah Kampung Kuno. Disebut kampung kuno
karena ia sudah berdiri sejak zaman Kerajaan Tarumanegara dan Kampung
inilah yang disebut Lembur Sinjang Moyang. [1]
***
Menurut
penulusuran cerita para leluhur, adanya nama Sinjang Moyang setelah ada
kejadian besar, yakni peristiwa tahun 1501 Masehi yang mana ketika itu,
tepatnya kala subuh hari datanglah dalam jumlah besar pasukan Kerajaan
Galuh yang dibantu kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Garut, Tasikmlaya
dan Ciamis. Pasukan ini membantai seisi kampung , kecuali kaum hawa dan
anak-anak. Mengapa warga Sinjang Moyang dihabisi dan dimusuhi oleh
banyak kerajaan ketika itu? [2]
Lembur Sinjang Moyang dari dulu sudah
dicurigai dan sering dipakai sebagai tempat bersembunyinya para
koruptor. Setiap pembesar kerajaan yang menilep kekayaan kerajaan,
larinya pasti ke Lembur Sinjang Moyang ini. Sehingga tidak heran bila
prajurit telik sandi kerajaan-kerajaan ietika itu sudah mengawasi
keberadaan para koruptor di kampung ini.
Lantas mengapa penduduk Sinjang Moyang juga
turut dihabisi? Sebab mereka membantu menyembunyikan para koruptor dan
sekaligus mendapat bagian dari hasil kejahatan mereka. Harta-harta
kerajaan disembunyikan oleh para koruptor ini antara lain emas, intan
dan berlian. Hanya saja, entah bagaimana ceritanya, sehingga kampung
Sinjang Moyang ini menjadi tempat pelarian para koruptor tersebut.
Kabarnya, orang Kerajaan Sunda Galuh*
yang sembunyi di tempat itu ada yang dari Kerajaan Kendan dan
seterusnya sampai ke zaman Padjadjaran. Sinjang Moyang sendiri artinya
penutup leluhur. Sehingga oleh leluhur penerus mereka, kisah kampung ini
menjadi semacam aib. Sehingga diwanti-wanti kisahnya agar tidak
menyebar dan menjadi kisah turun temurun. Tak heran bila cerita tentang
Situ Gede ini pun menjadi hilang, karena memang sengaja di tutup-tutupi.
[2]
*Kerajaan Sunda Galuh adalah suatu
kerajaan yang merupakan penyatuan 2 (dua) kerajaan besar di Tanah Sunda
yang saling terkait erat, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kedua
Kerajaan tersebut merupakan pecahan dari Kerajaan Tarumanagara.
Berdasarkan peninggalan sejarah seperti prasasti dan naskah kuno, Ibu
Kota Kerajaan Sunda berada di daerah yang sekarang menjadi Kota Bogor,
sedangkan Ibu Kota Kerajaan Galuh adalah di Kota Kawali, yang sekarang
Kawali itu ada di daerah Kabupaten Ciamis.
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung, Suka postingan ini?Tinggalkan komentar di bawah ini, terima kasih! :)