. . .
Latest Info :
.
Kota Tasikmalaya ◄ ((KLIK)) Siap Menjadi Tuam Rumah MTQ Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 

Apa itu Ogoh-Ogoh


Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalamkebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Makna dari ogoh-ogoh adalah patung yang melambangkan Buta Kala diharapkan dapat menetralisir roh-roh jahat yang menguasai alam manusia antara kebaikan dan keburukan yang biasa juga disebut dengan "Balance of the World".

Prosesi Ogoh-Ogoh merupakan serangkaian dengan upacara Tawur Kesanga adalah sebuah ekspresi kreatif masyarakat Hindu Balidi dalam memaknai perayaan pergantian Tahun Caka.

Masyarakat menciptakan Ogoh-Ogoh Bhutakala sebagai perlambang sifat-sifat negatif yang harus dilebur agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Ogoh-Ogoh Bhutakala yang diciptakan kemudian dihaturkan sesaji “natab caru pabiakalan” sebuah ritual yang bermakna “nyomia”, mengembalikan sifat-sifat Bhutakala ke asalnya.

Apa yang dikembalikan? Adalah sari-sari alam yang telah dihisap atau digunakan manusia. Sehingga terjadi keseimbangan maka sari-sari alam itu dikembalikan dengan upacara Tawur/Pecaruan yang dipersembahkan kepada Bhuta sehingga tidak menggangu manusia melainkan bisa hidup secara harmonis (buta somya).Ritual tersebut dilanjutkan dengan prosesi Ogoh-Ogoh, seluruh lapisan masyarakat bersama-sama mengusung Ogoh-Ogoh mengelilingi jalan-jalan desa dan mengitari catus pata sebagai simbol siklus sakral perputaran waktu menuju ke pergantian tahun Caka yang baru.

Dalam Prosesi ini disertai dengan berbagai bunyi-bunyian seperti kentongan, bom khas bali yang disebut plug-plugan, mercon, kembang api dan lainnya yang selanjutnya berakhir pada kuburan setempat untuk dibakar yang secara secara simbolis buta kala ini agar kembali ke alamnya masing masing dan tidak mengganggu manusia sehingga kehidupan harmonis antara manusia dengan alam dan ciptaannya terwujud.
 

Setelah ritual dan prosesi Ngerupuk tersebut Ogoh-Ogoh Bhutakala itupun “di-prelina”, mengembalikan ke asalnya dengan dilebur atau dibakar.


ARTIKEL Tentang Hindu


Share this article :
Comments
0 Comments

Post a Comment

Terima Kasih Telah Berkunjung, Suka postingan ini?Tinggalkan komentar di bawah ini, terima kasih! :)

 
Support : Creating Website | Admin | Fanpage Kami
Copyright © 2011. Google News - All Rights Reserved
Template Created by On Facebook Published by Group
Proudly powered by Blogger
.