Film mengenai pembantaian massal di Indonesia pada era 1965-1966 mengundang perhatian masyarakat. Film berjudul The Act of Killing
yang merupakan dokumenter itu mengungkapkan mengenai pengakuan sang
algojo dalam pembantaian warga yang dianggap simpatisan Partai Komunis
Indonesia (PKI) dan sejumlah etnis Tionghoa.
Film itu
diputar di Toronto International Film Festival 2012 pada September lalu
dan trailernya bisa disaksikan secara online di situs YouTube. Film
tersebut menceritakan mengenai Anwar Congo, seorang preman yang kemudian
menjadi tukang jagal para simpatisan PKI di Medan.
Di situsnya,
film dokumenter ini mengundang komentar dari berbagai kalangan, termasuk
dari Komnas HAM. Dalam hal ini, Komnas HAM menyatakan film tersebut
penting untuk ditonton orang Indonesia. “Kalau kita sedang menuju ke
arah Demokrasi, maka setiap warga negara harus mengetahui teror dan
tekanan yang pernah terjadi dalam sejarah.”
Komentar juga
disampaikan sejumlah kalangan lain yang intinya menyebutkan bahwa film
tersebut layak ditonton. Begitu pula dengan klip film yang ditayangkan
di situs YouTube. Sejumlah komentar mengapresiasi film tersebut dan
banyak pula yang berkomentar mengenai peristiwa di tahun 1965-1966.
Diskusi mengenai eksistensi peristiwa tersebut dan wacana mengenai PKI
pun berkembang melalui situs itu.
Belakangan, Anwar Congo menyatakan merasa tertipu oleh pembuat film tersebut. Sebab, awalnya film itu berjudul Arsan dan Aminah, bukan The Act of Killing. Di film itu Anwar berbicara secara terbuka mengenai perannya menghabisi warga, terutama dari etnis Tionghoa.
Film
ini dibuat oleh sutradara asal Texas, AS Joshua Oppenheimer, Christine
Cynn, dan sejumlah orang yang disebutkan anonim. [tjs]
Lihat Artikel Lainnya
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung, Suka postingan ini?Tinggalkan komentar di bawah ini, terima kasih! :)